Senin, 24 Agustus 2009

Sedekah yang Utama

Shadaqah adalah baik seluruhnya, namun antara satu dengan yang lain berbeda keutamaan dan nilainya, tergantung kondisi orang yang bersedekah dan kepentingan proyek atau sasaran shadaqah tersebut. Di antara shadaqah yang utama menurut Islam adalah sebagai berikut:

1. Shadaqah Sirriyah

Yaitu shadaqah yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Shadaqah ini sangat utama karena lebih medekati ikhlas dan selamat dari sifat pamer. Allah subhanahu wata’ala telah berfirman,
“Jika kamu menampakkan sedekahmu, maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. 2:271)

Yang perlu kita perhatikan di dalam ayat di atas adalah, bahwa yang utama untuk disembunyikan terbatas pada shadaqah kepada fakir miskin secara khusus. Hal ini dikarenakan ada banyak jenis shadaqah yang mau tidak mau harus tampak, seperti membangun sekolah, jembatan, membuat sumur, membekali pasukan jihad dan lain sebagainya.

Di antara hikmah menyembunyikan shadaqah kepada fakir miskin adalah untuk menutup aib saudara yang miskin tersebut. Sehingga tidak tampak di kalangan manusia serta tidak diketahui kekurangan dirinya. Tidak diketahui bahwa tangannya berada di bawah, bahwa dia orang papa yang tak punya sesuatu apa pun.Ini merupakan nilai tambah tersendiri dalam ihsan terhadap orang fakir.

Oleh karena itu Nabi shallallahu ‘alihi wasallam memuji shadaqah sirriyah ini, memuji pelakunya dan memberitahukan bahwa dia termasuk dalam tujuh golongan yang dinaungi Allah nanti pada hari Kiamat. (Thariqul Hijratain)

2. Shadaqah Dalam Kondisi Sehat

Bersedekah dalam kondisi sehat dan kuat lebih utama daripada berwasiat ketika sudah menjelang ajal, atau ketika sudah sakit parah dan tipis harapan kesembuhannya. Rasulullah shallallahu ‘alihi wasallam bersabda,
"Shadaqah yang paling utama adalah engkau bershadaqah ketika dalam keadaan sehat dan bugar, ketika engkau menginginkan kekayaan melimpah dan takut fakir. Maka jangan kau tunda sehingga ketika ruh sampai tenggorokan baru kau katakan, "Untuk fulan sekian, untuk fulan sekian." (HR.al-Bukhari dan Muslim)

3. Shadaqah Setelah Kebutuhan Wajib Terpenuhi

Allah subhanahu wata’ala telah berfirman,
“Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah, "Yang lebih dari keperluan". Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir.” (QS. 2:219)

Nabi shallallahu ‘alihi wasallam bersabda,
"Tidak ada shadaqah kecuali setelah kebutuhan (wajib) terpenuhi." Dan dalam riwayat yang lain, "Sebaik-baik shadaqah adalah jika kebutuhan yang wajib terpenuhi." (Kedua riwayat ada dalam al-Bukhari)

4. Shadaqah dengan Kemampuan Maksimal

Berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alihi wasallam,
"Shadaqah yang paling utama adalah (infak) maksimal orang yang tak punya. Dan mulailah dari orang yang menjadi tanggunganmu." (HR. Abu Dawud)

Beliau juga bersabda,
"Satu dirham telah mengalahkan seratus ribu dirham." Para sahabat bertanya," Bagaimana itu (wahai Rasululullah)? Beliau menjawab, "Ada seseorang yang hanya mempunyai dua dirham lalu dia bersedakah dengan salah satu dari dua dirham itu. Dan ada seseorang yang mendatangi hartanya yang sangat melimpah ruah, lalu mengambil seratus ribu dirham dan bersedekah dengannya." (HR. an-Nasai, Shahihul Jami')

Al-Imam al-Baghawi rahimahullah berkata, "Hendaknya seseorang memilih untuk bersedekah dengan kelebihan hartanya, dan menyisakan untuk dirinya kecukupan karena khawatir terhadap fitnah fakir. Sebab boleh jadi dia akan menyesal atas apa yang dia lakukan (dengan infak seluruh atau melebihi separuh harta) sehingga merusak pahala. Shadaqah dan kecukupan hendaknya selalu eksis dalam diri manusia. Rasululllah shallallahu ‘alihi wasallam tidak mengingkari Abu Bakar radhiyallahu ‘anhuyang keluar dengan seluruh hartanya, karena Nabi tahu persis kuatnya keyakinan Abu Bakar dan kebenaran tawakkalnya, sehingga beliau tidak khawatir fitnah itu menimpanya sebagaimana Nabi khawatir terhadap selain Abu Bakar. Bersedekah dalam kondisi keluarga sangat butuh dan kekurangan, atau dalam keadaan menanggung banyak hutang bukanlah sesuatu yang dikehendaki dari sedekah itu. Karena membayar hutang dan memberi nafkah keluarga atau diri sendiri yang memang butuh adalah lebih utama. Kecuali jika memang dirinya sanggup untuk bersabar dan membiarkan dirinya mengalah meski sebenarnya membutuhkan sebagaimana yang dilakukan Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu dan juga itsar (mendahulukan orang lain) yang dilakukan kaum Anshar terhadap kaum Muhajirin.” (Syarhus Sunnah)

5. Menafkahi Anak Istri

Berkenaan dengan ini Rasulullah shallallahu ‘alihi wasallam bersabda,
"Seseorang apabila menafkahi keluarganya dengan mengharapkan pahalanya maka dia mendapatkan pahala sedekah." ( HR. al-Bukhari dan Muslim)

Beliau juga bersabda,
"Ada empat dinar; Satu dinar engkau berikan kepada orang miskin, satu dinar engkau berikan untuk memerdekakan budak, satu dinar engkau infakkan fi sabilillah, satu dinar engkau belanjakan untuk keluargamu. Dinar yang paling utama adalah yang engkau nafkahkan untuk keluargamu." (HR. Muslim).



6. Bersedekah Kepada Kerabat

Diriwayatkan bahwa Abu Thalhah radhiyallahu ‘anhu memiliki kebun kurma yang sangat indah dan sangat dia cintai, namanya Bairuha'. Ketika turun ayat,
"Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai." (QS. 3:92)

Maka Abu Thalhah mendatangi Rasulullah dan mengatakan bahwa Bairuha' diserahkan kepada beliau, untuk dimanfaatkan sesuai kehendak beliau. Rasulullah shallallahu ‘alihi wasallam menyarankan agar ia dibagikan kepada kerabatnya. Maka Abu Thalhah melakukan apa yang disarankan Nabi tersebut dan membaginya untuk kerabat dan keponakannya.(HR. al-Bukhari dan Muslim)

Nabi shallallahu ‘alihi wasallam juga bersabda,
"Bersedakah kepada orang miskin adalah sedekah (saja), sedangkan jika kepada kerabat maka ada dua (kebaikan), sedekah dan silaturrahim." (HR. Ahmad, an-Nasa'i, at-Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Secara lebih khusus, setelah menafkahi keluarga yang menjadi tanggungan, adalah memberikan nafkah kepada dua kelompok, yaitu:

  • Anak yatim yang masih ada hubungan kerabat, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala,
    ”(Yaitu) melepaskan budak dari perbudakan, atau memberi makan pada hari kelaparan, (kepada) anak yatim yang masih ada hubungan kerabat, atau orang miskin yang sangat fakir.” (QS. 90:13-16)
  • Kerabat yang memendam permusuhan, sebagaimana sabda Nabi,
    "Shadaqah yang paling utama adalah kepada kerabat yang memendam permusuhan.” (HR. Ahmad, Abu Dawud dan at-Tirmidzai, Shahihul jami')

7. Bersedekah Kepada Tetangga

Allah subhanahu wata’ala berfirman di dalam surat an-Nisa' ayat 36, di antaranya berisikan perintah agar berbuat baik kepada tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh. Dan Nabi juga telah bersabda memberikan wasiat kepada Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu,
"Jika engkau memasak sop maka perbanyaklah kuahnya, lalu bagilah sebagiannya kepada tetanggamu." (HR. Muslim)

8. Bersedekah Kepada Teman di Jalan Allah.

Rasulullah shallallahu ‘alihi wasallam bersabda,
"Dinar yang paling utama adalah dinar yang dinafkahkan seseorang untuk keluarganya, dinar yang dinafkahkan seseorang untuk kendaraannya (yang digunakan) di jalan Allah dan dinar yang diinfakkan seseorang kepada temannya fi sabilillah Azza wa Jalla." (HR. Muslim)

9. Berinfak Untuk Perjuangan (Jihad) di Jalam Allah

Amat banyak firman Allah subhanahu wata’ala yang menjelaskan masalah ini, di antaranya,
“Berangkatlah kamu baik dalam keadaan ringan ataupun merasa berat, dan berjihadlah dengan harta dan jiwa pada jalan Allah.” (QS. 9:41)

Dan juga firman Allah subhanahu wata’ala,
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar.” (QS. 49:15)

Di dalam sebuah hadits, Nabi shallallahu ‘alihi wasallam bersabda,
"Barang siapa mempersiapkan (membekali dan mempersenjatai) seorang yang berperang maka dia telah ikut berperang." (HR. al-Bukhari dan Muslim)

Namun perlu diketahui bahwa bersedekah untuk kepentingan jihad yang utama adalah dalam waktu yang memang dibutuhkan dan mendesak, sebagaimana yang terjadi pada sebagian negri kaum Muslimin. Ada pun dalam kondisi mencukupi dan kaum Muslimin dalam kemenangan maka itu juga baik akan tetapi tidak seutama dibanding kondisi yang pertama.

10. Shadaqah Jariyah

Yaitu shadaqah yang pahalanya terus mengalir meskipun orang yang bersedekah telah meninggal dunia. Nabi shallallahu ‘alihi wasallam bersabda,
"Jika manusia meninggal dunia maka putuslah amalnya kecuali tiga hal; Shadaqah jariyah, ilmu yang diambil manfaat dan anak shalih yang mendoakannya." (HR. Muslim).

Di antara yang termasuk proyek shadaqah jariyah adalah pembangunan masjid, madrasah, pengadaan sarana air bersih dan proyek-proyek lain yang dimanfaatkan secara berkelanjutan oleh masyarakat.

Sumber: Buletin “Ash-Shadaqah fadhailuha wa anwa’uha”, Ali bin Muhammad al-Dihami.

http://www.lazyaumil.org/?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=101

Kamis, 20 Agustus 2009

BUNTUT SINGKONG BERBUAH UMRAH

dari blog --> dunia-ikhsanullah.blogspot.com


BUNTUT SINGKONG BERBUAH UMRAH
Cerita ini dikutip dari buku an Introduction to The Miracle of Giving
Karya Ust. Yusuf Mansur,
Semoga menjadi amal jariah buat Ustadz keluarga dan kerabatnya amin……..
Cerita ini mengasah kita untuk tidak memilih-milih dalam member infak, sedekah dan jangan lupa kewajiban zakatnya.
Temukan Miracle of Giving!!!

BUNTUT SINGKONG BERBUAH UMRAH (Bagian Pertama)
Buku : an Introduction to The Miracle of Giving
Oleh Ust. Yusuf Mansur
“Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarah-pun niscaya Dia akan melihat balasanya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarah-pun, niscaya Dia akan melihat balasanya pula. (QS:Az-Zalzalah :7-8)
• Tahun 1980
Kejadaian ini berawal di tahun 1980. Seorang tukang gorengan berdagang. Ada kejadian aneh. Ketika ashar, ada anak kecil yang menghampiri dia punya gerobag, dan langsung aja dia berdiri disisi kanan gerobag tersebut. Anak kecil ini tidak berbuat apa-apa, kecuali dia mengangkat kaki kirinya, berdiri setengah kaki, dan menggigit telunjuk kanannya. Mata anak ini menatap lekat kepada gerobag bapak itu.
Melihat ini anak, ibarat melihat dia yang kepengen beli tapi tidak punya uang, tapi untuk meminta
Si tukang singkong melihat. Tapi dia pun tidak bereaksi. Tidak berkata sepatahpun apalagi memberi.
Kejadian ini berulang di keesokan harinya. Lagi-lagi dengan gaya yang sama. Kaki kiri diangkat, berdiri setengah kaki, dan telunjuk kanan digigit pelan. Si tukang singkong pun sama tidak bereaksi.
Hari berikutnya, hari ketiga masih sama.
Baru kemudian di hari ke empat, ada perubahan. Tukang singkong Allah kasih rasa. “Kayaknya nanti tuh anak bakal datang lagi dah”, begitu pikirnya . Maka dia menyiapkan buntut singkong. Buntut singkong ini yang biasanya dibuang, digoreng.
Enggak lama, itu anak datang lagi. Kali ini, “perjuangan” anak tersebut tidak sia-sia, berbuah buntut singkong.
“Ssssttt… sini kamu. Saya kasih nih” si tukang singkong memanggil anak itu sambil member buntut singkong yang sudah digoreng.
Betapa senangnya anak tersebut. Dia terima singkong tersebut dengan senyum lebar-lebarnya. Matanya berbinar, dan kemudian lari dengan senangnya.
Tukang singkong geleng-geleng kepala. Dia enggak nyangka itu anak demikian senangnya, padahal dia hanya diberi sebuntut singkong saja, tidak lebih.
Peristiwa kemudian berulang lagi hingga tiga hari berikutnya, alias sebanyak 4 hari si tukang singkong member buntut singkong sama anak tersebut.
Setelah itu, si tukang singkong tidak melihat anak itu lagi untuk waktu yang sangat lama.
• Tahun 2004
Di tahun 2004, atau 24 tahun setelahnya, cerita ini kembali tersambung. Tidak disangka dan tidak diduga.
Kira-kira ashar, ada anak muda umur 30-an mendatangi gerobag si bapak tukang singkong.
“Oh… rupanya si bapak masih jadi tukang singkong, gerobagnya pun sama”.
“Pak ada buntut singkong?” Tanya itu anak muda.
Si tukang singkong bengong. Dia tidak siap dengan pertanyaan itu.
“Enggak ada.”
“Gorngin dah pak!”
“Kenapa sih nyari yang enggak ada?Nyari buntut singkong lagi. Kan buntut singkong mah enggak enak….pait….”
Si anak muda hanya tersenyum mendengar ucapan si tukang singkong.
“Makanya saya buang…saya enggak jual. Cari yang laen aja ya, ada ubi goreng, pisang goreng, bala-bala goring………..”
Anak muda itu tetep menggelengkan kepala.
“Enggak……..saya cuma kepengen buntut singkong aja pak………….”
Setelah ditunggu reaksi si tukang singkong yang seperti tidak mengenali wajah anak muda itu, ia bertanya, “Pak, Bapak tidak kenal sama saya?”
Lama si tukang singkong memandangi anak muda yang ada di depan wajahnya. Berusaha mengenali. “Iya …..kayak kenal…..tapi siapa ya?”
“Nyerah dah”
Anak muda itu tersenyum…..”Sebentar ya Pak, saya akan peragakan satu hal, Insya Allah Pasti kenal deh sama saya.”
Anak muda itu bergeser ke kanan gerobag. Dia memlakukan apa yang 24 tahun lalu dia lakukan untuk menarik perhatian si tukang singkong, dia angkat kaki kiri berdiri setengah kaki dan menggigit telunjuk kanannya. Lalu dia ngomong dalam posisi seperti itu, “Gimana pak udah kenal belum?”
Wah terang aja si tukang singkong sekarang mengenali dia. “Subhanallah…rupanya situ anak kecil yang dulu saya kasih buntut singkong?!”
“Iya pak…….saya anak kecil yang dulu datang ke bapak”
“Maaf ya… saya dulu hanya ngasih buntut singkong”
“Oh enggak pak…..enggak. Bapak dulu ngasih kebahagiaan kok buat saya………..”
Bingung si tukang singkong. Kok bisa? Sekedar buntut singkong bikin dia bahagia?
“Pak, dulu saya datang ke gerobag Bapak, itu baru beberapa hari saya punya ayah meninggal dunia. Sehingga barangkali perhatian semuanya tertuju sama urusan ayah saya, pada lupa sama saya. Dan beberapa kawan saya tidak menemani saya main hanya gara-gara saya tidak punya uang jajan. Itulah, saya datangi beberapa warung, Alhamdulillah pak, saya di usir”
Anak muda itu terus bercerita, bahwa dia mendatangi terus warung-warung sekitar hingga sampai ke gerobag singkong si bapak.
“Tapi yang aneh. Saya tidak diusir, tapi tidak diberikan apa-apa, bahkan ditegor aja tidak. Saya pantang menyerah….iya kan? Saya datang terus, hingga kemudian Alhamdulillah akhirnya Bapak member sesuatu juga ke saya.”
Tukang singkong itu tersenyum malu. Iya malu. Cuma ngasih buntut singkong.
“Cuma memang kelewatan ya Pak, udah 3 hari nungguin, dapatnya hanya buntut singkong…….” Anak muda itu tertawa kecil, bercanda.
“Iya………maaf ya……..”
“Eh, engga Pak…….Engga! Saya bercanda kok. Saya malah berterima kasih sekali dengan buntut singkong pemerian bapak……..”
Anak muda itu bercerita, bahwa buntut singkong itu ‘kan yang lancip dibawah. Maka ketika diberi itu buntut singkong, dengan tangan kecilnya, ia balik posisinya. Si bapak member buntut singkong dengan posisi buntut dibawah, tapi ia ubah. Buntutnya ia bikin diatas. Lalu dengan tangan kananya dan kirinya, ditutupi, seakan-akan ia punya jajan satu singkong utuh. Dia lalu lari gembira, karana mau menunjukan segera ke kawan-kawanya bahwa dia punya jajan. Ini demi dia ditemani kembali sama kawan-kawanya.
“Jadi begitu Pak ceritanya….”
Kemudian anak muda itu kembali melanjutkan, bahwa di hari selanjutnya, dia tidak datang lagi. Sebab ibunya ini pindah. Semula ia tidak mau. Ia takut jika di tempat baru tidak ada tukang singkong yang biasa ngasih buntut singkong lagi buatnya, dan karenanya kawan-kawannya tidak mau menemani lagi.
Sejurus kemudian, gantian si anak muda ini berlinang air matanya. “Pak, saya ingin berterima kasih ke Bapak. Saya mau membayar buntut singkong yang Bapak kasihkan ke saya. Pak, bulan depan saya mau berangkat umrah. Insya Allah saya akan berangkatkan Bapak umrah.”
“Umrah?”
“Iya Pak….Umrah.”
Ya….Allah si tukang singkong seperti tidak percaya mendengar ini semua. Bagaimana mungkin ada anak muda yang ia tidak kenal , lalu bicara tentang hadiah umrah? Apalagi katanya ini sebagai bayaran 4 buntut singkong yang ia sendiri sudah lupakan kejadianya?
Allah Maha Besar. Mau tidak percaya, ini sudah di depan mata. Ia hanya mengucap Allahu Akbar, Subhanallah, Walhamdulillah
Apa yang bisa dipetik dari hikmah diatas?
Luar bisa, jangan pernah ragu untuk sadaqah, infak dan zakat…….!
Mau file e-book nya? download disini : BUNTUT SINGKONG BERBUAH UMRAH (Bagian Pertama)

Cerita ini ada di buku Introduction to The Miracle of Giving bisa di dapat secara online di : http://www.wisatahati.com/penjualan/
Bisa dikirim langsung di seluruh pelosok tanah air…..
Semoga Bermanfaat
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh………

dari blog --> dunia-ikhsanullah.blogspot.com


http://dunia-ikhsanullah.blogspot.com/2008/11/buntut-singkong-berbuah-umrah-bagian.html